Senin, 31 Desember 2012

Fragile Series

Judul   : fragile #1
   Media  : mixed media on canvas
Ukuran  : 100 x 100 cm
Tahun  : 2006

Judul  : fragile #2
Media   : mixed media on canvas
Ukuran    : 90 x 30 cm
Tahun   : 2006

Judul  : fragile #3 “disappear “
Media   : neon box fotografi
Ukuran  : 100 x 80 cm
Tahun  : 2006

Judul   : fragile #4” transform self”
Media : digital print
Ukuran   : 150 x 110 cm
Tahun  :  2007




Van Gogh, Aku Tidak Punya Waktu Untuk Melamun……


Kuratorial akbar untuk pameran ideology proses dan dunia kecil 2005

Van Gogh, Aku Tidak Punya Waktu Untuk Melamun……


I am just a poorman handsome, away from home and alone (Lucky Luke)

Dalam banyak hal, seniman adalah manusia yang mengambil lompatan lebih dulu dibandingkan dengan para pembuat sejarah perdaban manusia lainnya. Sekedar menyebut secara iseng saja, nama sastrawan Chernyshevsky yang mencetuskan ide What is to be Done yang lebih dulu, tidak terlalu dikenal,  dibandingkan Lenin yang memang lebih dikenal dengan salah satu bukunya yang juga menggunakan judul yang  hampir sama What Must to be Done?. Atau teori involusi pertanian nya Cliford Gretz yang diinspirasikan dari teori pengaktoran dalam dunia teater. Rumah tawon suku Maya yang menjadi teori fisika postmodern. Symphony 9 Beethoveen yang sudah berani menggunakan emosi dalam kebekuaan partitur atau teori dalam karya  Kuda Troya dari karya Illiad-nya Hommer yang menjadi istilah politik, Odessy, ikon MTV mengulang dan merendahkan gambar animisme dan dinamisme Mesir. Dan mungkin seabrek lompatan para seniman lainnya. Sampai kabut bisa menjadi bermakna seni, ketika sebelumnya adalah peristiwa alam biasa…..
Banyak juga sejarah para pelompatan awal mungkin hanya dianggap sebagai bentuk pemurtadan, karena mereka dianggap sebagai tindakan diluar ketentuan yang berlaku. Soneta El Diablo Guiseppe Tartini misalnya, sampe harus di larang untuk didengungkan oleh Gereja pada saat itu, karena estetikanya yang dekat dengan semangat iblis. Padahal kelembutan dan romantisme violin Paganini yang sering disucikan sebagai ungkapan perasaan manusia adalah turunan dari Tartini. Para pelompat hadir lebih dulu, awalnya untuk di maki dan dipinggirkan, dan kemudian diplagiatkan dan dilupakan semangatnya.
Dari para pelompat inilah era peradaban seni, bisa tidak beriringan dengan perdaban sosial politik masyarakat. Mana era yang romantik, mana yang era Barok dan mana era yang klasik, sampe apa bedanya psycedelia dan progresif hari ini dan hari kemarin. Para pelompat harus menjadi subyek dan mungkin bisa menjadi the right man in wrong place and wrong time. Para pelompat adalah para pembuat pijakan untuk langkah-langkah peradaban. Dan lompatan awal itu biasanya adalah dunia kecil, dimana hanya segelintir orang yang menjalaninya dan meyakininya.
Pada abad 18, Atheis pernah menjadi gaya hidup yang mulia semacam para sufi, karena dianggap sebagai kemampuan seseorang menterjemahkan agama secara personal dan penuh sophistic. Kesucian Gothic sebelumnya juga adalah stigma Barbar para suku Gothea, sebelum kekuasaan seenaknya saja mengambil sifat elementer untuk memperkuat nuansa kekuasaannya.
Kemenangan kaum Borjuis pada era abad 19, memiliki bagi dirinya waktu luang yang banyak dan modal yang cukup kuat untuk membuat kebudayaan dan karya seni yang besar. Begitu juga halnya dengan Renaissance. Peradaban besar selalu mengekor pada para pelompat, sambil membunuh kaidah plagiatnya. 
Soal proses, kita banyak diganggu oleh media massa, soal mana yang kenyataan dan mana yang peristiwa, dan visual tersebut telah menjadi keyakinan massa, yang masuk TV adalah yang bagus-bagus kata salah seorang teman. Kesadaran kita hampir tidak pernah diberi waktu, maka tidak ada keyakinan eksis, malas berpikir dan menyerahkan semuanya pada yang berwenang. Dan ingatan akan jadi sia-sia, kebudayaan dan seni hanya jadi soal konsumtif, yang bikin sampe gak sadar juga banyak nirunya. Para pelompat berproses berdasarkan kenyataan dirinya, membangun subyektifitas dan seterusnya. Menghindari kesadaran massa yang pasif dan sentimental, menghindari kejayaan karya-karya tragedy yang penuh alibi dan kebetulan, mengihindari karya yang mengkhianati kenyataan hidup, mungkin juga menkhianati hiburan..
Trotsky yang pernah mengkawatirkan kelas proletar tidak punya waktu untuk menciptakan kebudayaan dan keseniaannya sendiri, karena kebutuhan revolusi yang banyak menghabiskan tenaga dan pikiran. Tapi intinya bukan itu, karena seniman bukan ruangan kotak sabun yang tertutup, juga bukan media yang eksklusif.
Ideology, proses dan dunia kecil adalah usaha personal sebagai bagian dari sejarah para pelompat peradaban. Melompat kedepan atau kebelakang, saya kira bukan diskusi yang menarik untuk hari ini. Bagaimana para pelompat adalah harus berusaha menjadiu subyektif, bukan pribadi, antara yang sentimental dengan yang apresiatif ! Antara yang asik-asik aja kan cuma masalah etika pertemanan semata dan sudah tuntas kawan! Tentu subyektifitas menjadi sangat sulit karena persoalan eksistensi yang otentik, dibandingkan menjadi obyektif karena sudah ada panduannya waktu kita skripsi dulu. Saya kira proses letaknya di sini, karena menyangkut bagaimana membangun subyektifitas, bukan pribadi, sekali lagi bukan sentimentil!! Dan seni untuk seni, seni untuk rakyat, apalagi seni untuk penonton semuanya belum tentu!!!! Semoga seni itu adalah kehidupan dan tidak melebihi darinya. Bekerja dan mencari nafkah sampai tak punya waktu, semangat berkarya untuk menyelamatkan imaginasi dan subyektifitas, agar estetika tidak dipandu oleh media massa  dan mainstream. Mungkin begitu juga dua perupa kontemporer dalam pameran kali ini, berusaha mencuri waktu untuk berkarya, menyatakan diri dalam dunia kecil dari sekian banyak kenaifan estetika dalam narasi-narasi besar. Adalah juga para pelompat dizamannya..
Sejak Votaire, kafe adalah tempat perenungan dimana peradaban dan karya dilahirkan, Camus dan Sartre adalah saksi berikutnya dari gaya hidup kafe yang penuh semangat filsafat dan sastra, semoga bangunan itu, kita hidupkan lagi pada pameran ideologi, proses dan dunia kecil kali ini….. kafe juga sejarah kelas pekerja melepas lelah dari rutinitas dan kejenuhan industri.  Van Gogh, kamu sungguh beruntung punya banyak waktu untuk melamun dan berpikir, sehingga menghasilkan karya besar dam terkenal….


AKBAR, Rumah Sakit Seni dan Produser Film 





Tema : “ Ideology Proses dan Dunia Kecil ”

Seniman : Tiok  ( K .Yulistio. W ) dan Hery Poer
Lokasi : kafe Plank – plunk. Jln Raya Tlogomas, Malang
Tahun : 2006

Pengisi acara :
Performance art oleh : Ragil Sukriwul dan Room Pambudi
Music : elmo band


Abstraksi pameran berduaIDEOLOGI, PROSES DAN DUNIA KECIL [ pada sebuah pintu ]



 “ Plank Plunk Kafe & Art Space !
dari ngopi bareng, ngobrol bareng, mbaca bareng sampai pameran bareng

Konstruksi ruang dan dinding interior dalam kafe plank plunk ini cukup menarik untuk di respon sebab meski terlihat agak sesak dan minimalis , barangkali untuk sebuah pameran seni rupa yang berarti butuh sedikit adaptatif meski pada tataran tertentu ruang bukan menjadi masalah lagi
Dalam situasi semacam ini justru menarik sebagai sebuah stimulant tersendiri bagi kami berdua yang akan menggelar karya-karya disini, tentunya dengan sedikit merespon dan melakukan kerja seni agar  situasi di dalam ruangan kafe menjadi berbeda, apalagi di situ terdapat mini bar yang kelihatan lebih menonjol menguasai ruangan kafe tersebut, Juga terdapat meja dan rak untuk perpustakaan mini yang berisi buku – buku seni di batas antar ruang selain dengan toilet yang cukup menarik.
Dari proses interaktif yang kerap kita lakukan menjadikan ruang tak mnjadi sesuatu yang mengganggu dalam proses kreatif kita, namun justru kita ingin mengajak apresian menikmati dan memasuki ruang – ruang yang lebih luas dan tak terbatas lewat wisata visual dari karya-karya yang kami gelar berdua disini.
Tentunya sembari menghirup aroma kopi special dan gurihnya chicken nugget dan kentang goreng versi plank plunk kafe ini………
Salam merdeka!!

========================================================================

Catatan bersama tiok dan hery poer tentang pameran ideology proses dan dunia kecil 2005



minggu  23 oktober 2005
05.00 wib

ideologi, proses dan dunia kecil begitu menghantui pikiranku smalaman ini, aku mungkin akan berbeda persepsi dengan heri poer tentang hal ini, walaupun ada beberapa hal yang sama hingga lahirnya konsep ini sebagai sebuah pemikiran dari kita berdua , ideologi menjadi awal yang sangat menarik untuk aku berpendapat disini, bagaimana seni telah menjadi pemahaman, bagaimana seni telah masuk dalam keasadaran, membentuk nilai-nilai, pola pikir, tata laku yang bergesekan dengan nilai-nilai yang terjadi di masyarakat dan telah pula berinteraksi secara sosial lewat aku sebagai seorang individu yang bergerak dan hidup pada lingkungan komunal dimana aku berada. Ideologi akan menjadi dasar tingkah laku dasar pemikiran karena ideologi  adalah keasadaran pada cara pandang yang menjadi keyakinan hidup. Tema sebagai subject matter merupakan representasi dari kehidupan, perasaan,kisah atau cerita,.sejarah, pengalaman intelektual perlambangan dan simbol serta pengalaman2 optis maupun metafisik, tema menjadi sebuah hal yang cukup menarik karena hal ini akan berhubungana dengan pola pikir kita yang menjadi dasar pemahaman yang disini dengan kata lain aku sebut dengan (ideologi )seni tak bisa aku hindari telah masuk kedalam ruang – ruang kesadaran dan telah juga meracuni pola pikirku dalam kehidupan sosialku di masyarakat
sebuah catatan singkat pada awal 2 kita berdiskusi…..
[ catatan tiok setan ]

26.10.2005 19.47 wib
aku berfikir apa yg harusnya kita tawarkan pada wacana yg sudah sesak. Kita harus lewat pintu mana tuk sampai pada ruang pemahamana yang segar meski tak benar2 baru, barangkali ente ada solusi….
[ catatan hery poer]

26.10.05.1953
catat saja hal ini, karena ini akan jadi sejarah dari proses kita.aku lagi berada dalam alam imajiner ku
[catatan tiok]


26.10
 hal itu tadi  stimulan bagi jalan menuju wilayah dimana kita bisa petik buah pikiran dari interaksi kita , kau selami pemahaman itu….
[catatan hery poer]

26.10
Kapan2 kita berdua berdiskusi lagi  sambil menggapai wilayah yang utopis pun hhhhhh… nikmati  kebersamaan memang berkesenian itu menyehatkan kreatifitas oi…
[catatan hery poer]

Sabtu, 29 Desember 2012

All About Me















NAMA                                       : Kokoh Yulistio Wahono
PANGGILAN                            : Tiok
TTL                                            : Lumajang 3 Juli 1980
ALAMAT                                   : Jln. Sidomakmur No 160. Kec. Daung - Kab. Malang
MOBILE                                    : 081615701556
E-MAIL                                      : senine_tiok@yahoo.co.id,  seninetiok@gmail.com

Pameran Bersama                 :

  • 1997     Pameran kelompok caraka di Lumajang        
  • 2001    Pameran”Langkah Pertama” Kelompok Lentera. Malang
  • 2001    Pameran bersama” Siluet Art” STIBA Malang
  • 2002    Pameran Bersama Kelompok Lentera,”Satu Titik Setelah NOL “ Malang
  • 2002    Pameran Bersama “Kampung Seni” UM Malang
  • 2002    Pameran Berdua “ Kopi Tubruk In My Eksploration “ Malang
  • 2002    Pameran Bersama “ Malang KRAM Sehari “ Malang
  • 2003    Pameran Bersama Kelompok Lentera” Ruwatan “. Malang
  • 2004    Pameran Berempat “ Markipat” Outmagz Artuary Jogjakarta
  • 2004    Pameran Bersama “Impian, Realitas, Refleksi “ Kelompok Lentera. Malang
  • 2004    Pameran Bersama “Indonation” Centro Estudios Orientales Alicante.Spanyol
  • 2004    Pameran Bersama “indonation” Our Exibition Venue. Santander.Spanyol
  • 2004    Pameran Bersama “ Indonation” Casa Asia Barcelona.Spanyol
  • 2004    Pameran Bersama” Spasi Ruang Beruang” BKJT Malang
  • 2004    Pameran Berempat “ Psyco Freedom Endemic” Malang
  • 2005    Pameran Bersama “ Prelude” Malang
  • 2005    Pameran Festifal Seni Surabaya. Surabaya
  • 2005    Pameran Kelompok Lentera . Malang
  • 2006    Pameran berdua, “ Ideologi, Proses, Dunia Kecil…”. Malang
  • 2006    Pameran Bersama Seni Rupa . Museum Mpu Tantular. Surabaya
  • 2006    Pameran Bersama PostArt. House Of La Paste. Surabaya
  • 2007    Pameran Festifal seni Surabaya “performance and new media art”     Gedung merah putih. Balai pemuda Surabaya
  • 2007    Pameran  “cilik nylekit” gallery Surabaya. Surabaya
  • 2007    Gelar akbar seni rupa Jawa Timur. Dewan Kesenian Malang . Malang
  • 2008    Pameran bersama “Naisance” vol  2  BKJT. Malang
  • 2009    Pameran bersama “Rumah Pohon “ kelompok seni rupa LENTERA  perpustakaan kota. Malang
  • 2010    Pameran “ Naissance #3 “ Sarinah Mall. Malang
  • 2010    Pameran “ leng ji leng beh “ kelompok lentera. Malang

  • 2010    Pameran “yang berjejak yang berotodidak gallery raos kota batu.jatim

  • 2011    Pameran Motion anjungan ken arok perpustakaan kota malang Jatim

  • 2011 Pameran “ minimum explosion “ Minimaniez art space. Malang. Jatim
  • 2011 Pameran Malang art Fair di Perpustakaan Kota. Malang
  • 2011 Pameran “minimum explosion” Galeri Putri Bulan. Batu. Jatim


Pameran Tunggal                 :
  • 2004    Pameran Tunggal “ Apologist tidak sama dengan Jealouse” RSS. Malang



Proyek Seni                            :

  • “Seni Rupa X” Portopolio Cd Kelompok Seni Rupa Lentera
  • “Malang KRAM Sehari “, Workshop, Performance Art, Pameran, Lukis dan Dialog
  • “Ngopi Bareng Perupa Indonesia”, Dialog Nasional Perupa di Malang
  • “Jagalah Kesenian dan Kebersihan “ RSS – Arsenda Art Project
  • Penulis Tamu pada  proyek AKAP “ Antar Kota Antar Propinsi “ Yayasan Seni Cemeti Jogjakarta

Kuratorial                              :

  • Kurator Pameran bersama Kelompok Lentera “ Wake Up”
  • Kurator Pameran Bersama Kelompok Lentera “ Psycho Freedom Endemic “
  • Kurator Pameran Lentera n Friends “ Motion “
  • Kurator pameran  “ Minimum Explosion “ Minimaniez Art Space

Organisasi Seni                      :

  • 2000 - 2001     Koordinator Harian Bengkel Seni Oerep
  • 2001 - 2002     Ketua Kelompok Studi Seni Rupa “Lentera “
  • 2002 - 2003     Anggota Divisi Humas KRAM Malang
  • 2005 - 2006     Koordinator Divisi HUMAS Rumah Sakit Seni Art Space
  • 2006 - 2008     Manager Operasional Rumah Sakit Seni Art Space
  • 2011                Public relation GROWartforum . Malang
  • 2011                Public relation Minimaniez art space . Malang

Release Buku             :

  • 2005    Dialog Dengan Ruang, sebuah antologi puisi
  • 2006    Looser Lost Time, Sebuah Antologi Puisi

Beberapa kegiatan                :

  • Berkarya di dalam studio dan di media2 yang bebas serta aktif dalam pameran baik tunggal maupun kelompok
  • Beberapa pameran pernah di ulas di beberapa media massa seperti harian  KOMPAS, Jawa pos  Radar Malang, SURYA, Malang Pos, dll
  • Sebagai pemateri dan pembicara di beberapa seminar serta diskusi seni budaya