Senin, 07 Januari 2013

Malang, Diantara Wacana dan Gejolak Kaum Mudanya


Sebuah Gerakan Seni Rupa Masyarakat Urban di Malang
Oleh : K. Yulistio. W*



Malang sebuah kota dingin di Jawa Timur yang pada jaman belanda dulu punya sebutan Swiss Van Java, mengisahkan sebagian sejarah silam perjuangan para pejuang tanah air dalam merebutkan kemerdekaan negeri ini. Beberapa saksi sejarah kemerdekaan bangsa ini adalah masih ditemukannya beberapa bangunan serta arsitektur kuno peninggalan belanda pada masa itu, meskipun beberapa bangunan tersebut pada masa sekarang telah berubah fungsi menjadi pusat pertokoan ataupun kantor–kantor pemerintahan. Sesuai dengan kontur tanah yang berbukit–bukit dan memiliki hawa yang cukup sejuk, Malang dikenal sebagai tempat peristirahatan yang cukup tenang, hal ini pun berkembang pada masa sekarang dengan banyak dijumpainya obyek–obyek pariwisata serta tumbuhnya tempat peristirahatan di berbagai sudut kota malang. Selain sebagai kota pariwisata, Malang juga cukup dikenal sebagai kota pendidikan hal ini mengingat dengan hadirnya beberapa Universitas yang tumbuh dan berkembang di sini, yah itulah beberapa gambaran kota Malang tempat aku singgah untuk belajar dan akhirnya aku menetap dan jatuh cinta disini, tapi jangan salah, itu beberapa tahun yang lalu lho!! Kerinduan itu pun muncul saat ini, seolah aku membayangkan malang dengan pohon–pohon besar yang rimbun dan jalan–jalan pagi terselimuti kabut, hawa dingin, kota yang tenang dari hiruk pikuk kendaraan bermotor.
Yah…apa mau dikata, atas nama pembangunan dan waktu yang bergerak, telah merubah sebagian wajah kota ini, pohon-pohon dan ruang terbuka hijau yang sering aku temui 10 tahun yang lalu kini berubah menjadi lahan–lahan komersil atas nama bisnis, dengan dibangunnya Ruko–ruko (Rumah dan Toko) sebagai pusat perbelanjaan dan ekonomi serta berdatangannya para penghuni baru kota ini  seperti aku contohnya , kian merubah suasana kota yang semula tenang dan hijau menjadi kota yang cukup sibuk dengan rutinitas dan lalu-lalang kendaraan bermotor serta laju roda bisnis. Dengan berdatangnya banyak orang yang menetap serta tinggal entah untuk kepentingan pendidikan ataupun bisnis tentunya membawa perubahan yang cukup besar di kota ini, hadirnya masyarakat urban yang sebagian besar adalah kaum muda cukup memberikan warna tersendiri,. Begitupun juga dengan perkembangan atmosfir seni rupa di kota ini banyak hadirnya kelompok–kelompok yang di ilhami dari kaum muda memberikan angin segar serta gejolak dan benturan wacana seni rupa yang terjadi.
Lingkungan kampus yang ikut menghidupi laju gerak seni rupa di Malang
Muncul dan berkembangnya sanggar Minat di kalangan mahasiswa IKIP  Malang yang sekarang berganti nama menjadi Universitas Negeri Malang, saat itu memberikan perubahan wacana seni rupa di Malang yang di dominasi oleh kaum tua tentunya, para kaum muda ini giat melakukan kegiatan seni rupa baik di lingkungan kampusnya ataupun diluar. Bahkan sampai saat ini sanggar Minat tersebut berkembang dan melakukan serangkaian kaderisasi sebagai kelangsungan organisasinya. Di tahun 2001 muncul kelompok studi seni rupa” Lentera” di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang, kelompok ini beranggotakan mahasiswa dari berbagai daerah, mempunyai visi dan misi mengembangkan seni rupa sebagai sebuah ruang dialektika dan beberapa kali melakukan lawatan kegiatan baik berupa pameran maupun kunjungan ke berbagai institusi seni rupa di Jogjakarta, serta pernah pameran “ Indonation “ di beberapa kota  Spanyol dengan Unit Seni Rupa UGM Jogjakarta. Selain melakukan kegiatan seni rupa di luar Malang kelompok tersebut juga membagun gerakan seni rupanya di kota Malang. Hal ini di tunjukan dengan dirintisnya KRAM (Kesenirupaan Rakyat Malang) pada tahun 2002 yang merupakan sebuah wadah komunikasi perupa seluruh malang pada saat itu, bersama dengan kelompok–kelompok seni rupa yang lain di Malang. Kehadiran KRAM sempat membuat heboh masyarakat seni rupa di Malang, mereka menggelar acara bertajuk” Malang KRAM Sehari”. Pada acara tersebut melibatkan berbagai elemen masyarakat untuk terlibat dalam event seni rupa dengan menggelar workshop, diskusi, performance art, dan melukis bersama di halaman parkir alun–alun kota Malang. Tak hanya itu kelompok ini juga ikut merencanakan adanya dialog perupa yang melibatkan kelompok–kelompok  perupa dari luar Malang dalam acara “ Ngopi Bareng Perupa “
Diluar dua komunitas besar  tersebut muncul pula beberapa komunitas seni visual di lingkungan universitas yang lainnya, seperti halnya RPS (Rumpun Seni Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi), Shilluet Art Community Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Malang, SLF (Seni Lukis dan Fotografi Universitas Brawijaya) Sanggar Asma Universitas Widyagama Malang, dan Komunitas Seni Universitas Merdeka Malang, meskipun keberadaan mereka kurang begitu terdengar gaungnya akan tetapi beberapa komunitas ini hidup di lingkungan kampusnya dan menggelar beberapa  kegiatan kesenirupaan di tingkat local.
Kaum muda yang gelisah bergeliat di luar keberadaan institusi kampus
Di ruang yang berbeda dari lingkungan kampus muncul pula beberapa kelompok seni visual dari latar belakang media visual yang berbeda pula seperti halnya muncul kelompok komik “ Badjak Laoet “ kelompok penggiat video art seperti “ Puncak Kreatif “,dan  kelompok “ Kamar Bedah “,  kelompok Performance Art Malang, di wilayah fotografi tercatat pula beberapa kelompok yang masih aktif antara lain Kelompok “Sandal Jepit “yang berdiri pada kisaran tahun 2003 dan beberapa kali menggelar pameran di berbagai galeri serta ruang apresiasi di Malang. Kemudian kelompok KLJ Malang (Kamera Lubang Jarum) juga beberapa kali menggelar acara workshop kamera lubang jarum serta pameran dan mereka juga melakukan pengenalan kamera lubang jarum tersebut di Sekolah Dasar sampai Sekolah Menegah Umum di kota Malang serta mengajak peran aktif siswa dalam kegiatan Hunting maupun pameran yang mereka gelar. Selain kelompok–kelompok diatas adapula kelompok “PORTAL” mereka di lahirkan di lingkungan mahasiswa seni rupa Universitas Negeri Malang yang mencoba membangun interaksinya diluar kampus di luar dari sistem yang terbangun di dalam kampusnya.
Kemunculan ruang wacana yang dialektis dan berkembangnya ruang alternativ
Di wilayah ruang wacana Berdiri kelompok BKJT (Belok Kiri Jalan Terus) yang merupakan sebuah forum berkumpulnya beberapa kelompok seni visual di Malang, mereka juga banyak memperbincangkan isu–isu tentang ruang, identitas dan berbagai diskursus dalam medan visual lainya, beberapa kali kelompok ini menggelar beberapa pameran yang antara lain bertajuk Naisance I, Naisance II dan spasi, ruang [ber]uang, beberapa pameran tersebut melibatkan partisipasi berbagai kelompok seni visual yang tumbuh di malang,banyak pula isu-isu yang beredar dan berkembang sebagai diskursus wacana di awali dari interaksi kelompok ini.
Pada perkembangan selanjutnya  dengan masuknya berbagai wacana  dari luar yang kemudian bergesekan serta menjadi diskursus yang kemudian berkembang di Malang muncul pula beberapa ruang alternative yang sekaligus menjadi ruang apresiasi dari beragam aktifitas seni visual satu contoh adalah ketika di kota–kota lain yang menjadi mainstream seni visual seperti, Jakarta, Bandung, Jogjakarta dan Bali banyak memperbincangkan keberadaan ruang alternative hal ini pun di respon cukup positif oleh beberapa kawan-kawan seniman yang kebetulan tinggal di daerah  Tlogomas – Sengkaling dengan mendirikan ruang bernama Rumah Sakit Seni Art Space dan Insomnium Fotografi, kedua ruang ini mempunyai kedekatan wilayah akan tetapi justru dari hal tersebut beberapa diskursus dan dialektika yang berbeda dilahirkan dari gesekan keduanya, meskipun pada awalnya beberapa dari anggota mereka berada pada lingkungan berkumpul dan “memutar gelas” yang sama . Sementara itu Insomnium yang bergerak di wilayah fotografi dan  riset visual banyak mengusung tema–tema yang cukup “fresh” seperti halnya, identitas, ruang dan anak muda hal ini dapat dilihat dari beberapa kegiatan yang mereka lakukan seperti workshop dan pameran fotogram “Fun In The Darkness“, pameran “No One Knows What It’s Like To Be Me“ yang di selenggarakan di tiga ruang yang berbeda yaitu di Kedai Kebun Jogjakarta, Insomnium Malang dan CCCL Surabaya.
Berbeda dengan Rumah Sakit Seni yang menggulirkan wacana berkesenian dan bermasyarakat menggunakan “ruang” nya sebagai tempat apresiasi kesenian dan kebudayaan yang melibatkan peran aktif masyarakat sekitar lokasi untuk berkenalan dan berinteraksi dengan media–media seni sebagai sebuah ruang gagasan dan apresiasi. Beberapa kali mereka menggelar proyek kesenian seperti halnya “Jagalah Kesenian dan Kebersihan“ yang melibatkan beberapa kelompok pemuda sekitar lokasi untuk melukis di berbagai tempat sampah yang terdapat di daerah tersebut, kemudian beberapa workshop tentang video art, serta menjadi fasilitator beberapa pameran dari kelompok baik itu yang berasal dari malang maupun di luar malang. Lokasi Rumah Sakit Seni terletak di tengah–tengah perumahan warga  dalam hal ini juga merupakan salah satu tujuan dari langkah gerak rumah sakit seni dalam membangun wacana kesenian dan interaksinya dengan masyarakat. Termasuk bagaimana meningkatkan respon masyarakat untuk terbiasa dengan kegiatan kesenian. Hampir setiap kegiatan dari rumah sakit seni selalu melibatkan masyarakat sekitar dan begitupun sebaliknya, warga masyarakat juga merespon dengan baik keberadaan rumah sakit seni.
 Dari sekian fenomena seni rupa yang telah teridentifikasi baik secara komunikasi dan jaringan, tanpa menutup Malang juga masih banyak pelaku seni rupa di wilayah pedesaan yang mengorientasikan seni bagi dirinya secara militan sebagai tradisi dan keyakinan yang belum mampu di komunikasikan dan di dokumentasikan. Untuk yang satu ini juga merupakan entitas penting untuk dikenali sebagai referensi dan mengenali representasi kebudayaan, khususnya dalam kajian seni visual yang ada di Malang.
Malang dan Swiss Van Java,pohon besar di ruang hijau terbuka, hawa sejuk, kabut menyelimuti jalan-jalan, taman bunga dan perkebunan apel menyisahkan sebagian silam wajah kota ini dan apa mau dikata perubahan sudah terjadi seiring bergeraknya jaman dan pergerakan manusia berpindah mencari penghidupan baru mencari ruang-ruang baru, resah bergolak di tengah terpaan laju peradaban, Muncul wajah baru kota bersama lahirnya kaum–kaum muda yang merubah jaman,memberikan warna   kehidupan meninggalkan sejumlah kisah lampau di jaman yang telah lalu. Sekedar sebuah narasi singkat tentang kaum muda yang bergerak , bergeliat dalam ranah seni visual di Malang telah menorehkan sejarah daari wacana – wacana  yang ditawarkan.




* Penulis adalah perupa dan manager operasional Roemah Sakit Seni Art space

0 komentar:

Posting Komentar